Kondisi SMP Muhammadiyah Sambak sekitar tahun 1979. Dengan segala keterbatasan baik tempat, sarana, prasarana, dan tenaga pengajar kala itu tak menyurutkan semangat pendidik dan peserta didik. Bagi Alumni yang dulu pernah mengenyam pendidikan di SMP Muhammadiyah Sambak, terlebih angkatan-angkatan awal tentu akrab dengan suasana seperti ini.
Laboratorium Komputer
Salah satu fasilitas yang tersedia di SMP Muhammadiyah Sambak adalah Lab. Komputer
Wisuda Purna Siswa
Salah satu agenda tahunan SMP Muhammadiyah Sambak adalah Wisuda Purna Siswa
Gedung Utama
Inilah gedung utama SMP Muhammadiyah sambak yang berlantai dua
Peringatan Hari Besar Nasional
Peragaan busana tradisional dalam rangka memperingati hari besar nasional di SMP Muhammadiyah Sambak
Out Bound
Out Bound merupakan salah satu Kegiatan menjelang Ujian Nasional
Internet Wifi Area
Peserta didik sedang memanfaatkan faslitas Internet Wifi untuk menunjang Kegiatan Belajar Mengajar
24 Februari 2015
Sekilas Tentang SMP Muhammadiyah Sambak
Siswa-siswi SMP Muhammadiyah Sambak memanfaatkan Internet Wifi |
Sejak awal berdirinya, SMP Muhammadiyah Sambak menempati
lokasi yang strategis. Yakni berada di pinggir jalan utama yang menghubungkan
antar desa. Sampai saat ini, SMP Muhammadiyah Sambak telah meluluskan ribuan
alumni. Banyak diantara mereka yang menjadi TNI, POLRI, Guru, pengusaha dan
lain sebagainya. Bahkan ada pula alumni yang kembali mengabdi di almamaternya
setelah menyelsaikan studinya.
Berbeda dengan ketika awal berdiri, sekarang SMP
Muhammadiyah Sambak tak kalah dengan SMP sederajat di sekitarnya. Kendati
letaknya jauh dari keramaian kota, fasilitas di SMP Muhammadiyah Sambak sudah
terbilang lengkap.
Fasilitas yang ada antara lain, ruang kelas nyaman, mushola,
sarana olah raga, kamar mandi, laboratorium IPA, Laboratorium komputer, Studio
Siaran Radio, Perpustakaan dan lain-lain. Disamping itu juga ditunjang dengan
kegiatan ekstra kurikuler unggulan antara lain, Pramuka, Drum Band, Olah raga
Prestasi, Siaran Radio dan Jurnalistik, dan seni Musik.
Tak hanya itu, koneksi internet wifi di SMP Muhammadiyah
Sambak cukup bagus. Bahkan dimanfaatkan juga sebagai mini BTS untuk RT/RW Net
di Desa Sambak.
Dibidang
akademik, SMP Muhammadiyah sambak juga tak kalah dengan sekolah lain. Banyak
siswa yang berprestasi. Bahkan pada tahun 2013 lalu ada siswa yang meraih nilai
sempurna 100 untuk matematika pada Ujian.
23 Februari 2015
Syarat Pengajuan NUPTK Baru oleh Pendidik Non PNS
Pendidik yang berhak mengajukan NUPTK, akan mendapatkan
himbauan untuk mengajukan NUPTK di halaman dasbor masing-masing.
Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang belum memiliki NUPTK
dapat memperoleh NUPTK dengan persyaratan sebagai berikut :
Bagi Pendidik dengan Satuan Administrasi Pangkal (Satminkal)
di sekolah NEGERI memenuhi syarat sebagai berikut:
Usia minimal >= 18 tahun terhitung dari tanggal lahir
dengan TMT sebagai pendidik pertama kali.
SK Guru awal terekam sebelum 1 Agustus 2014 (Khusus Guru di
Sekolah Negeri)
Cetak Portofolio terbaru
Copy legalisir ijazah pendidikan terakhir minimal D4/S1
SK Pengangkatan dari Bupati/Walikota sebagai Guru, atau SK
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dari Pejabat Pembina
Kepegawaian (PPK) sebagai PTK yang masih berlaku (Sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan
Peraturan pelaksana turunannya).
Bagi Pendidik dengan Satuan Administrasi Pangkal (Satminkal)
di sekolah SWASTA memenuhi syarat, sebagai berikut:
Usia minimal >= 18 tahun terhitung dari tanggal lahir
dengan TMT sebagai pendidik pertama kali.
SK Guru awal terekam sebelum 1 Agustus 2010 (Khusus Guru di
Sekolah Swasta)
Cetak Portofolio
Copy Akte Pendirian Yayasan
Copy legalisir ijazah pendidikan terakhir minimal D4/S1
SK Pengangkatan Guru Tetap Yayasan (GTY) sebagai Guru atau
Kepala Sekolah minimal selama 4 (empat) tahun berturut-turut terhitung mulai
tanggal terbit SK awal sebelum tanggal 1 Agustus 2010 (pada sekolah yang sama
atau berbeda) yang ditandatangani oleh Ketua Yayasan dan tidak berlaku surut
(contoh SK tertanggal tahun 2014 menjelaskan masa kerja tahun 2010).
Sumber:
http://bantuan.siap-online.com/2014/09/pengajuan-nuptk-baru-oleh-ptk-non-pns.html
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KH. AHMAD DAHLAN
KH. Ahmad Dahlan
dilahirkan di Kauman, Yogyakarta[1] pada tanggal 1 Agustus 1868 dan meninggal
dunia di Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 1923.[2] Ia berasal dari keluarga
berpengaruh dan terkenal dilingkungan kesultanan Yogyakarta. Ayahnya bernama
Abu Bakar bin Sulaiman, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar
Kesultanan Yogyakarta pada masa itu. Ibunya adalah putri H. Ibrahim yang juga
menjabat penghulu Kesultanan Yogyakarta pada masa itu.
K.H. Ahmad Dahlan
sewaktu kecilnya bernama Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak keempat dari tujuh
bersaudara yang keseluruhan saudaranya adalah perempuan, kecuali adik
bungsunya. Dalam silsilahnya, ia termasuk keturunan yang kedua belas dari
Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara
Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan
Islam ditanah Jawa, demikian dijelaskan oleh Hasan Basri dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam.
Hasan Basri melanjutkan
bahwa pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekkah selama
lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-afghani, Rasyid Ridha, dan
Ibnu Taimiyah. Ketika kembali kekampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, Ahmad
Dahlan kembali ke Mekkah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, sempat
berguru kepada syeh Ahmad Khatib yang
juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari.
Sepulang dari Mekkah,
ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendidi, anak Kyai Penghulu Haji
Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawan Nasional
dan pendiri Aisyiah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, LH. Ahmad Dahlan
mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan
Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.[3]
Pada usia yang masih
muda, Ahmad Dahlan membuat heboh dengan membuat tanda shaf dalam masjid agung
denan memakai kapur. Sebagaimana dijelaskan oleh Delias Noer dalam bukunya
Gerakan Modern Islam di Indonesia Tanda shaf itu bertujuan untuk memberi arah
kiblat yang benar dalam masjid. Menurut dia letak masjid yang tepat menghadap
barat keliru, sebab letak kota Mekkah berada disebelah barat agak ke utara dari
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang sederhana Ahmad Dahlan
berkesimpulan bahwa kiblat di masjid agung itu kurang benar, dan oleh karena
itu harus dibetulkan. Penghulu kepala yang bertugas menjaga masjid Agung dengan
cepat menyuruh orang membersihkan lantai masjid dan tanda shaf yang ditulis
dengan benar.[4]
KH. Ahmad Dahlan
memperdalam ilmu agamanya kepada para ulma’ timur tengah. Beliau memperdalam
ilmu fiqih kepada kiai Mahfudz Termas, ilmu hadits kepada Mufti Syafi’i, ilmu
falaq kepada kiai Asy’ari Bacean. Beliau juga sempat mengadakan dialog dengan
para ulama nusantara seperti kiai Nawawi Banten dan kiai Khatib dari Minangkabau
yang dialog ini pada akhirnya banyak mengalami dan mendorongnya untuk melakukan
reformasi di Indonesia adalah dialognya dengan syeikh Muhammad Rasyid Ridha,
seorang tokoh modernis dari Mesir.
Dengan kedalaman ilmu
agama dan ketekunannya dalam mengikuti gagasan-gagasan pembaharuan islam, KH.
Ahmad Dahlan kemudian aktif menyebarkan gagasan pembaharuan islam ke
pelosok-pelosok tanah air sambil berdagang batik. KH. Ahmad Dahlan melakukan
tabliah dan diskusi keagamaan sehingga atas desakan para muridnya pada tanggal
18 November 1912 KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah. Disamping
aktif di Muhammadiyah beliau juga aktif di partai politik. Seperti Budi Utomo
da Sarikat Islam. Hampir seluruh hidupnya digunakan utnuk beramal demi kemajuan
umat islam dan bangsa. KH. Ahmad Dalhlan meninggal pada tanggal 7 Rajab 1340 H
atau 23 Pebruari 1923 M dan dimakamkan di Karang Kadjen, Kemantren, Mergangsan,
Yogyakarta.
B. PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT KH.
AHMAD DAHLAN
Menurut KH. Ahmad
Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang
statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan
hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat,
hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syamsul Nizar, dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam. Mereka hendaknya dididik agar cerdas, kritis dan memiliki
daya analisis yang tajam dalam memeta dinamika kehidupannya pada masa depan.
Adapun kunci untuk meningkatkan kemajuan umat Islam adalah dengan kembali pada
Al-Qur’an dan Hadis, mengarahkan umat pada pemahaman ajaran Islam secara
komfrehensif, dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Adapun upaya untuk
mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep pendidikan Islam menurut KH. Ahmad
Dahlan ini meliputi[5]:
1. Tujuan Pendidikan
Menurut Ahmad Dahlan
Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang
berbudi pekerti luhur, yaitu alim dalam agama, luas pandangan, yaitu alim dalam
ilmu-ilmu umum dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat, hal ini berarti
bahwa pendidikan Islam merupakan upaya pembinaan pribadi muslim sejati yang
bertaqwa baik sebagai hamba Allah maupun khalifah dimuka bumi. Untuk mencapai
tujuan ini proses pendidikan Islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu
pengetahuan baik umum maupun agama, untuk mempertajam daya intelektualitas dan
memperkokoh spiritualitas peserta didik.
Menurut Ahmad Dahlan
upaya ini akan terealisasikan manakala proses pendidikan bersifat integral yang
mampu menghasilkan manusia yang lebih berkualitas. Untuk menciptakan peserta
didik yang demikian, maka sumber ilmu pengetahuan Islam hendaknya dijadikan
landasan metodologis dalam kurikulum dan bentuk pendidikan yang dilaksanakan.
Tujuan pendidikan
tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan
pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda.
Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan individu
yang salih dan mengalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model
Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agma sama
sekali. Akibat dialisme pendidikan tersebut lahirlah dua kutub intelegensia :
lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan
sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.
Melihat ketimpangan
tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna
adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum,
material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal
tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang
tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH.
Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama dan ilmu umum sekaligus di Madrasah
Muhammadiyah.
2. Materi Pendidikan
Menurut Toto Suharto,
Ahmad Dahlan memadukan antara pendidikan Agama dan pendidikan umum sedemikian
rupa, dengan tetap berpegang kepada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. Selain
kitab-kitab klasik berbahasa Arab, kitab-kitab kontemporer berbahasa Arab juga
dipelajari dilembaga Muhammadyah yang dipadukan dengan pendidikan umum.[6]
Berangkat dari tujuan
pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi
pendidikan hendaknya meliputi:
a. Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha
menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha
untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara
perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara
dunia dengan akhirat.
c. Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai
usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.
3. Metode Pembelajaran
Ada dua sistem pendidikan
yang berkembang di Indonesia, yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan Barat.
Pandangan Ahmad Dahlan, ada problem mendasar berkaitan dengan lembaga
pendidikan di kalangan umat Islam, khususnya lembaga pendidikan pesantren.
Menurut Syamsul Nizar, dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, menerangkan
bahwa problem tersebut berkaitan dengan proses belajar-mengajar, kurikulum, dan
materi pendidikan.
Pertama, dalam proses
belajar-mengajar, sistem yang dipakai masih menggunakan sorogan (khalaqah),
ustadz/kiyai dianggap sebagai sumber kebenaran yang tidak boleh dikritisi.
Kondisi ini membuat pengajaran nampak tidak demokratis. Fasilitas-fasilitas
modern yang sebenarnya baik untuk digunakan dilarang untuk dipakai karena
menyamai orang kafir.
Kedua, materi dan kurikulum
yang disajikan masih berkisar pada studi Islam klasik, misalnya, fikih,
tasawuf, tauhid, dan sejenisnya. Ilmu-ilmu itu wajib syar'i untuk dipelajari.
Sementara ilmu modern tidak diajarkan karena ilmu itu termasuk ilmu Barat yang
haram hukumnya bagi orang Islam untuk mempelajarinya. Ilmu-ilmu selain studi
Islam klasik tersebut dianggap bukan ilmu Islam. Padahal kalau diteliti,
ilmu-ilmu yang berkembang di Barat itu merupakan pengembangan lebih lanjut dari
ilmu yang sudah dikembangkan oleh umat Islam pada zaman keemasan Islam.
Ketiga, pendidikan
modern hanya mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan di dunia Barat. Metode
pengajaran sudah menggunakan metode modern. Pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah kolonial Belanda ini tidak diajarkan ilmu-ilmu keislaman.
Kebanyakan siswa yang bisa masuk dalam pendidikan ala Barat ini adalah
orang-orang priyayi atau pegawai pemerintah Belanda.
Dari realitas
pendidikan tersebut, K.H. Ahmad Dahlan menawarkan sebuah metode sintesis antara
metode pendidikan modern Barat dengan metode pendidikan pesantren. Dari sini
tampak bahwa lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda dengan
lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini. Sebagai
contoh, K.H. Ahmad Dahlan mula-mula mendirikan SR di Kauman dan daerah lainnya
di sekitar Yogyakarta, lalu sekolah menengah yang diberi nama al-Qism al-Arqam
yang kelak menjadi bibit madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah
Yogyakarta.
Metode pembelajaran
yang dikembangkan K.H. Ahmad Dahlan bercorak kontekstual melalui proses
dialogis dan penyadaran. Contoh klasik adalah ketika beliau menjelaskan surat
al-Ma’un kepada santri-santrinya secara berulang-ulang sampai santri itu
menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan dan menolong
fakir-miskin, dan harus mengamalkan isinya.
Hal ini karena
pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif,
tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi. Adapun perbedaan model
belajar yang digunakan antara pendidikan di pesantren dengan pendidikan yang
diajarka oleh Ahmad Dahlan adalah sebagai berikut:
a. Cara belajar-mengajar di pesantren
menggunakan sistem Weton dan Sorogal, madrasah yang dibangun Ahmad Dahlan
menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda.
b. Bahan pelajaran di pesantren mengambil
kitab-kitab agama. Sedangkan di madrasah yang dibangun Ahmad Dahlan bahan
pelajarannya diambil dari buku-buku umum.
c. Hubungan antara guru-murid, di pesantren
hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter karena para kiai memiliki
otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan madrasah yang dibangun Ahmad
Dahlan mulai mengembangkan hubungan guru-murid yang akrab.[7]
4. Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan adalah
tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila mewariskan cukup
banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana
orientasi filosofis pendidikan beliau musti lebih banyak merujuk pada bagaimana
beliau membangun sistem pendidikan, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Amir
Hamzah Wirjosukarto dalam bukunya yang berjudul Pembaharuan Pendidikan dan
Pengajaran Islam .
Amir Hamzah
Wirjosukarto, melanjutkan memaparkan mengenai pribadi K.H. Ahmad Dahlan yang
merupakan pencari kebenaran hakiki yang menangkap apa yang tersirat dalam
tafsir Al-Manar sehingga meskipun tidak punya latar belakang pendidikan Barat
tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaran Islam sendiri,
menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.
Dia dapat dikatakan
sebagai suatu “model” dari bangkitnya sebuah generasi yang merupakan “titik
pusat” dari suatu pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan
yang dihadapi golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan
dan kejumudan paham agama Islam. Berbeda dengan tokoh-tokoh nasional pada
zamannya yang lebih menaruh perhatian pada persoalan politik dan ekonomi, K.H.
Ahmad Dahlan mengabdikan diri sepenuhnya dalam bidang pendidikan.[8]
Pendidikan di Indonesia
pada saat itu terpecah menjadi dua, pendidikan sekolah-sekolah Belanda yang
sekuler, yang tak mengenal ajaran-ajaran yang berhubungan dengan agama; dan
pendidikan di pesantren yang hanya mengajar ajaran-ajaran yang berhubungan
dengan agama saja. Kondisi internal pendidikan pesantren di satu pihak, model
penyelenggaraan, krakter dan produk alumni model ala Barat di pihak lain,
seperti dijelaskan di atas mendorong Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.
Melalui Muhammadiyah
Ahmad Dahlan ingin mendirikan lembaga pendidikan yang memadukan dua karakter
dari dua model lembaga pendidikan yang berkembang saat itu, mengajarkan
semangat Islam dan semangat modern. Dengan demikian, umat Islam tidak hanya
fasih berbicara tentang Islam, seperti alumni pesantren, tetapi juga berwawasan
luas tentang perkembangan modern.
C. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas
dapatlah disimpulkan, bahwa K. H. Ahmad Dahlan berasal dari keluarga yang
agamis dan terpandang, ayahnya adalah seorang imam/khotib di masjid Agung
Keraton Yogyakarta. Sedangkan ide-ide yang dikemukakan beliau adalah membawa
pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang
menggabungkan sistem pendidikan pesantren (sorogan/halaqah) dengan sistem
pendidikan Belanda (sistem klasikal).
Diharapkan dengan cara
ini seorang tamatan madrasah atau sekolah umum akan muncul pribadi-pribadi
muslim yang utuh.
Ahmad Dahlan tidak
mewariskan tulisan yang bisa kita baca, tetapi mewariskan lembaga pendidikan
Muhammadiyah. Memang dorongan besarnya bukanlah menjadi man of thought tapi man
of action. Dia mengajar orang untuk berbuat, bukan untuk berpikir.
[1] Toto Suharto,
Filsafat Pendidikan Islam, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), hlm: 293
[2] Hasan Basri,
Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm: 234
[3] Hasan Basri,
Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm: 235
[4] Delias Noer,
Gerakan Modern Islam di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm 85
[5] Syamsul Nizar,
Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), hlm: 107
[6] Toto Suharto,
Filsafat Pendidikan Islam, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), hlm: 306
[7] Syamsul Nizar,
Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), hlm: 107
[8] Amir Hamzah
Wirjosukarto, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam ( Jember : Mutiara
Offset, 1985)
Sumber: http://putreetanfhanhama.blogspot.com/2012/06/pemikiran-pendidikan-islam-kh-ahmad.html
21 Februari 2015
Cara Belajar Efektif dan Mudah Paham
Belajarlah karena kesungguhan kita untuk berubah, jangan
belajar hanya dengan berlandaskan mood saja.
iya kalau pas nice mood, la kalau pas bad mood kita jadikan
alasan untuk kita tidak belajar, saya berani jamin ilmu yang anda pelajari akan
sama halnya dengan air yang menetes di lapangan panas, sangat mudah menguap.
Jadi jangan pernah belajar berdasarkan mood ya kalau ingin hasil yang
memuaskan.
2. Belajarlah di manapun anda suka
Carilah tempat yang nyaman dan dapat menenangkan pikiran
kita sewaktu belajar, dengan keadaan yang nyaman kita akan lebih mudah dalam
memahami materi.
3. Jangan belajar terlalu banyak ketika akan ujian
Inilah sebuah doktrin yang saya rasa sangat keliru,
"kamu harus belajar sungguh-sungguh, besok ada ujian"..kira-kira
teman-teman sudah mendengar ocehan yang seperti itu? Ini adalah kesalahan,
sebenarnya ketika akan ujian itu kita gunakan untuk merehat otak sekejap,
justru pas hari-hari biasalah kita harus sungguh-sungguh. Sistem KS (kebut
semalam) sangat merusak cara berpikir kita, karena hanya akan menimbulkan
tekanan bukan pengetahuan.
4. Belajar sambil diskusi
Belajar secara kelompok memang dimaksudkan agar seseorang
yang kurang mampu memahami materi bisa berdiskusi dengan orang yang sudah
paham. Sehingga pertukaran ide terus berjalan, yang pintar tidak semakin
pintar, begitu pula yang bodoh tidak semakin terperosok. Semua bisa menjadi
seimbang.
5. Belajar dengan diiringi musik
Musik memang bisa meningkatkan konsentrasi kita dalam
belajar, namun hal ini tidak selalu terjadi pada setiap orang. Ada beberapa
orang yang malah suka keadaan yang hening. Jadi, jika musik bisa membantumu
berkonsentrasi, just listen it :)
6. Jangan hanya menghafal
metode menghafal mungkin bisa menyukseskan kita dalam
mencari "nilai-yang-baik", namun apakah pengetahuan kita bertambah?
tidak. Pahamilah materi dengan mempelajari konsep-konsepnya, bagaimana hal itu
bisa terjadi, mengapa, apa selanjutnya, begitulah cara berpikir yang harus
dikembangkan meskipun memakan waktu yang cukup lama. Sehingga kita akan tahu
betapa indahnya Ilmu Pengetahuan itu. Dalam film 3 idiots, ada sebuah quotes
yang sangat mengena: "Dengan menghafal, kamu bisa menghemat waktumu selama
4 tahun di universitas, namun kau telah menghancurkan 40 tahun hidupmu kedepan"
7. Jangan malu-malu untuk bertanya
Bila kita ada yang belum paham mengenai materi yang
diajarkan, cukup dengan acungkan jari dan bertanyalah kepada bapak/ibu guru,
jangan malu bertanya bila kita tidak bisa, jangan jadikan gengsi "takut
dibilang lambat oleh teman2" sebagai alasan, karena hal yang seperti itu
tidak masuk akal!
8. Coba dan Gagal (Trial and Error)
Dalam hidup ini, gagal adalah teman kita juga, jadi jangan
pernah menghindar darinya. Kita terjatuh, untuk apa? agar kita tahu bagaimana
cara untuk bangun. Kita tidak akan pernah tahu yang benar itu bagaimana jika
kita tidak kenal dengan KESALAHAN dulu. Materi yang sesulit apapun, pasti akan
bisa kita kuasai asal tidak ada kata menyerah memahaminya. Coba terus, gagal
sudah biasa.
9. Cintailah mata pelajaran yang anda suka
Anda tidak bisa dalam fisika (misal), namun anda sangat
mencintai pelajaran yang satu ini. Maka dengan kecintaan itu, suatu saat akan
menjadikan anda seorang fisikawan hebat, karena sesuatu yang dilakukan sepenuh hati
akan menghasilkan hasil yang memuaskan. Sekarang tidak bisa, namun karena
kecintaan tersebut anda mempelajarinya setiap waktu, tunggulah hingga mimpi
indah tiba. You'll be the best, but wait until the time's coming on ^_^
10. Ingatlah tujuan utama kita sekolah
Tujuan utama kita sekolah ialah untuk mencari ilmu
pengetahuan, bukan hanya menerima "Cara Untuk Memperoleh Nilai yang
Baik" saja. Nilai tidak akan bisa mencerminkan kualitas seseorang,
lihatlah kenyataannya. Tidak masalah kita ada di peringkat berapapun, yang
terpenting ialah belajar bukan untuk mencapai kesuksesan..tetapi untuk
membesarkan jiwa. ini merupakan Cara Belajar paling Efektif yang terus saya
gunakan, karena saya yakin ilmu bukan sebatas CORETAN NILAI, tapi banyaknya
kita berbagi kepada sesama.
11. Kunci semua metode belajar
Kuncinya terletak pada kesungguhan kita dalam berdo'a,
karena saya masih ingat betul ada yang bilang kecerdasan seseorang 73% dari
kesungguhan do'anya, sedangkan 27% dari belajar. Intinya do'a sangatlah
penting, sebagai bentuk pasrah kita Kepada Allah. Namun belajar juga sangatlah
penting, ingat! Tidak bisa mencapai 100% tanpa ada yang 27% tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)